Asosiasi Kajian Budaya Indonesia (AKBI) bekerja sama dengan Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud, Kajian Budaya FIB UNS Surakarta, dan UPI Bandung sukses melaksanakan webinar bertema “Knowledge and Power: Politik Kebudayaan menuju Indonesia Emas”, Jumat, 22 Desember 2023.
Dewan Pakar AKBI, Prof. Dr. Cokorda Oka Sukawati, M.Si.
AKBI adalah organisasi yang baru dibentuk 13 Oktober 2023, dengan anggota sarjana Kajian Budaya tamatan dalam dan luar negeri. Mereka bekerja sebagai dosen dan peneliti di berbagai universitas di Indonesia. Terpilih sebagai Ketua AKBI adalah Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si., alumni Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud, kini menjadi dosen di UPI Bandung.
Seminar yang diikuti sekitar 125 peserta dari seluruh Indonesia adalah kegiatan perdana AKBI yang dibuka oleh Ketua AKBI, Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si.
Webinar ini menampilkan pembicara kunci , Prof. Dr. Ir. Cokorda Oka Sukawati, M.Si. (Cok Ace), alumni Kajian Budaya Unud, dan Wakil Gubernur Bali, 2018-2023. Tiga Pembicara utama adalah Prof. I Nyoman Darma Putra (Unud), Habsari, Ph.D. (UNS Surakarta), dan Prof. Abdul Wahid (UIN Mataram).
Ketua AKBI, Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si.
Dalam sambutannya, Ketua AKBI Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. menyampaikan bahwa seminar ini adalah kegiatan pertama AKBI, dirancang dan didukung semua anggota.
“Pengurus sudah merancang berbagai kegiatan akademik seperti penerbitan buku, seminar, dan pengelolaan jurnal,” ujar Yuliawan.
Ketua panitia seminar, Dr. Nanang Sutrisno menyampaikan, dari seminar ini akan diterbitkan book chapter dari para peserta.
“Semoga banyak artikel masuk, jika berlebih, akan diterbitkan buku kajian budaya secara berseri,” ujar Dr. Nanang, dosen Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud. Seminar dipandu oleh Pdt. Dr. Saortua Marbun, alumni S3 Kajian Budaya FIB Unud yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di Universitas Triatma Mulya, Bali.
Moderator Dr. Saortua Marbun
Dalam presentasinya, Prof. Darma Putra yang tampil pertama membahas program Indonesia Emas 2045 dengan penekanan pada aspek-aspek dekonstruksi, misalnya bagaimana Presiden Jokowi pertama merancang program ini di Merauke, bukan dari Pusat atau istana di Jakarta.
Hal ini menunjukkan semangat untuk menghindari kesan Jakarta sentris. Namun, kemudian dalam peluncuran Program Indonesia Emas bulan Juni 2023 dilakukan di Jakarta, bukan di luar pusat, misalnya bukan di Sabang.
“Ini menunjukkan, bahwa dekonstruksi atas Jakarta Sentris dikembalikan ke Jakarta sentris, ada proses de-dekonstruksi,” ujar Darma.
Sri Habsari, Ph.D.
Pembicara kedua, Sri Habsari, P.hD., Koprodi S3 Kajian Budaya FIB UNS Surakarta, membahas mengenai perkembangan kajian budaya dan wacana teori, dengan penekanan pada penyusuanan kajian budaya berciri Indonesia. Sementara itu, pembicara terakhir Prof. Dr. Abdul Wahid, M.Ag., M.Pd., dari Universitas Negeri Islam Mataram, membahas khasanah teori kritis dan studi-studi kajian budaya secara global.
Dalam sesi tanya jawab, Dr. Diane Butler mengangkat persoalan tentang komersialisasi pendidikan di dunia, yang dijawab narasumber ketiga dan pertama. Acara berlangsung sekitar tiga jam, ditutup dengan closing statement narasumber yang mendorong anggota AKBI untuk giat berkarya mengembangkan Kajian Budaya di Indonesia (dap).